Your Ad Here

Friday, May 4, 2012

Kasual Etnik Cocok untuk Pria Metroseksual


SURABAYA - Sebanyak 24 orang model pria, tampil di atas cat walk Surabaya Fashion Parade (SFP) 2012, Jumat (4/5/2012). Tak kalah dengan para model wanita, mereka juga tampil prima dengan busana-busana dari 24 finalis kompetisi desain busana pria siap pakai.

Karena bertema "Urbanculurism", banyak diantara mereka yang menampilkan busana pria kasual dengan bahan atau model dari budaya khas Indonesia. Seperti tenun, batik, dan sejenisnya. Unsur etnik juga ditampilkan, lewat aksesoris yang dikenakan, seperti kalung dan sepatu.

Dua peserta, yaitu Angky Patria Ruswinda yang menampilkan tema Neo Paranakan, mendesain busana kasual pria dengan atasan kemeja dan bawahan celana panjang asimetris. Dikombinasikan rompi warna hitam dari bahan kulit.

Sementara Yustina Longga Wangge, dengan desain bertama Etnic of Suratik, menampilkan busana kasual celana pendek berbahan kain tenun, dengan atasan kemeja polos dipadukan jaket kulit cokelat. Dilengkapi aksesoris kalung batu. "Kekhasan etnik saya tampilkan dari bahan dan aksesorisnya," kata Yustina.

Keduanya adalah bagian dari 24 finalis yang lolos seleksi desain dari 40 peserta yang mengirim desainnya.

Oka Diputra, desainer dari Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Bali, salah satu dewan juri mengatakan, pria juga bisa tampil dengan busana berciri khas etnik. "Terutama yang siap pakai, tinggal diaplikasikan sesuai jalur dan menggunakan permainan warna yang pas," jelas Oka.

Dian Apriliani, Promotion Manager Tunjungan Plaza, sekaligus panitia SFP 2012, mengatakan kompetisi ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi desain busana pria metroseksual yang menampilkan gaya etnik. "Oleh karena itu temanya adalah urbanculturism. Dimana pria metroseksual itu disebut urban yang mengenakan etnik budaya khas Indonesia," jelasnya.

Sebelum ditampilkan model pria di catwalk, para peserta kompetisi ini lebih dulu memajang desainnya pada manekin. Kemudian para juri melakukan penilaian untuk mencocokkan antara desain yang diajukan saat penyisihan dengan saat dibuat. Setelah itu dilanjutkan dengan penilaian saat dikenakan oleh para model.

"Karena busana yang ditampilkan harus ready to wear. Jadi tidak hanya pada manekin, tapi juga pantas dan nyaman dikenakan saat kegiatan sehari-hari," tandas Dian.

Sumber : Surya.co.id

0 comments:

Post a Comment