BOGOR - Di Puncak Manik atau Puncak Gunung Salak yang dijadikan tempat evakuasi jatuhnya Pesawat Shukoi Super Jet 100, terdapat makam keramat.
Makam tersebut berada tepat di samping helipad untuk mengirim logistik dan mengangkat kantong jenazah.
Pada Minggu (13/5/2012), wartawan Tribun sedang sibuk mencari sinyal ponsel, di atas makam kramat tersebut. Di sana ada batu nisan bertuliskan 'Raden KH Moh Hasan bin R KH Bahyudin Praja Kusumah (Mbah Gunung Salak) Puncak Manik Gunung Salak'.
Tiba-tiba, helikopter Super Puma milik TNI AD datang mendekati helipad di Puncak Manik. Wartawan langsung mendengarkan instruksi dari TNI untuk menyingkir dan mencari tempat aman.
Rupanya, helikopter tersebut mengangkut tiga kantong jenazah yang pada Sabtu (12/5/2012) sudah diangkat Tim SAR gabungan dari Tebing Manik.
Setelah diangkat dan helikopter pergi, tak lama helikopter Super Puma milik TNI AU datang membawa sejumlah logistik dan alat-alat evakuasi. Wartawan lantas bersembunyi di dekat makam Mbah Gunung Salak.
Tiba-tiba, dari helikopter dilemparkan sejumlah logistik untuk tim SAR gabungan, mulai dari air, makanan, dan kelapa.
Karena helikopter terus maju, akhirnya kelapa dan makanan TNI menimpa makam tersebut hingga hancur.
Tak lama, kabut tebal langsung menyelimuti Puncak Manik. Entah apakah ada hubungannya dengan kejadian tersebut atau tidak.
Yang pasti, di Puncak Manik cuaca cepat berubah. Saat cuaca cerah, secara tiba-tiba bisa turun hujan atau kabut. Itulah ekstrimnya Gunung Salak, ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa dan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya.
"Kami ke sini (Gunung Salak) sering mencari jamur kuping dan pucuk pakis untuk dijual," ujar seorang warga setempat.
Gunung Salak pun menjadi sumber mata air. Airnya yang bening dimanfaatkan sebuah perusahaan untuk dibuat menjadi air mineral kemasan.
Sumber : TRIBUNNEWS.COM
0 comments:
Post a Comment