Pebulutangkis andalan Indonesia, Taufik Hidayat, mengungkapkan alasan kegagalan tim Thomas Indonesia di Wuhan, China. Taufik menilai tim kurang kompak yang menyebabkan satu pemain dengan pemain lainnya sulit memiliki hubungan kerjasama yang bagus.
"Pemain di tim Thomas sekarang ini seperti hanya ditunjuk untuk siap main, sedangkan tanggung jawab mereka masih perlu dipertanyakan. Sebagai contoh, sebelum ke Wuhan, ada satu pemain yang malah bertanding di Papua. Hal ini terjadi bukan hanya salah pemainnya saja, tetapi kenapa pengurus bisa memberikan ijin," kata Taufik saat mengikuti penyampaian petisi dari Mantan Atlet/Atlet Bulutangkis Nasional Lintas Generasi, Senin 28 Mei 2012.
Taufik menyayangkan skuad tim Thomas Indonsia sekarang, seperti tidak memiliki semangat kebersamaan. Ia membandingkan dengan kondisi saat dulu ia masih menjadi junior, saat awal-awal mengikuti kompetisi Piala Thomas.
"Selama 7 kali saya mengikuti Piala Thomas baru pertama kali saya mengalami kejadian seperti ini. Pulang saja masing-masing," lanjut menantu dari Agum Gumelar ini.
Sebenarnya ketidakkompakan tim sudah Taufik rasakan sejak masih menjalani latihan di Indonesia. Salah satu contoh, Taufik melihat latihan yang dilakukan pemain seperti untuk dirinya masing-masing saja.
"Saat latihan saja, misalnya untuk ganda. Pemain yang satu latihan apa, pemain yang satunya lagi latihan yang lain. Mana bisa kompak kalau seperti ini," sambungnya.
Kondisi ini ternyata diamini Christian Hadinata, mantan pebulutangkis legendaris Indonesia yang kini memangku jabatan sebagai Koordinator sektor ganda ini tidak menyangkal apa yang terjadi.
"Apa yang dikatakan Taufik benar, ya begitulah. Memang terjadi seperti itu. Kita sudah beberapa kali memberikan saran kepada pengurus untuk perbaikan, tetapi seperti tidak didengar," ujarnya.
Sementara peraih emas bulutangkis di Olimpiade 1992, Susi Susanti, menanggapi kegagalan Tim Uber Indonesia lebih dikarenakan ketegangan yang dialami pemain. Menurutnya, mental yang dimiliki pemain masih kurang bagus.
"Untuk tim Uber, saya lihat di saat poin-poin kritis, pemain malah tidak bisa tembus mencuri poin lagi. Mereka seperti tegang, ada apa ini. Harusnya pemain, pelatih, dan pengurus bisa memilili satu visi dan satu kesatuan untuk mengatasi permasalahan ini," katanya.
Sumber : VIVAnews
0 comments:
Post a Comment