CIAWI - Ajang L'Oreal Girls Science Camp (LGSC) 2012 menantang siswi-siswi SMA Kelas X dari 40 sekolah untuk meneliti pengaruh kondisi mikrogravitasi pada tanaman.
LGSC 2012 diselenggarakan lewat kerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Tema lomba yang diambil kali ini adalah "Space Seeds for the Future".
Peserta lomba ditantang melakukan topik riset yang sama. Siswi diminta mengamati perkembangan biji Pacar Cina (Impatiens balsamina) yang diberi perlakuan berbeda.
Tiga macam biji Pacar Cina diberikan. Biji pertama yang diberikan pernah dikirimkan ke antariksa lewat misi pesawat Discovery tahun 2011 lalu. Biji lain ditempatkan dalam klinostat dan tak diberi perlakuan apapun.
Para siswi dalam lomba diminta menumbuhkan biji dan mengidentifikasi, mana biji yang dikirim ke antariksa, ditaruh di klinostat dan dibiarkan tumbuh seperti biasanya.
Meski topik yang diberikan hanya satu, siswi memiliki analisis yang berbeda. Sejumlah tim juga memberikan ragam rekomendasi terkait penelitian lanjut yang mungkin dilakukan.
Tim SMA Plus Pembangunan Jaya misalnya, menngungkapkan bahwa tak ada perbedaan mencolok antara pertumbuhan ketiga biji tanaman tersebut. Ini menunjukkan kondisi mikrogravitasi tak berpengaruh.
Sementara itu, tim SMA Diponegoro mengungkapkan bahwa ada perbedaan pada gerak geotropisme tumbuhan (gerak yang dipengaruhi gravitasi). Aktivitas geotropisme biji yang dikirim ke antariksa lebih rendah.
Beda lagi dengan tim SMA Santa Ursula Jakarta. Salah satu hasil analisisnya mengungkap bahwa biji yang dikirim ke antariksa, pertumbuhan akarnya setelah berkembambah lebih tegak lurus.
Siswi-siswi dari SMA Labschool Jakarta menyoroti lebih dalam lagi. Mereka menilai bahwa selain berbeda dalam pertumbuhan, biji yang telah dikirim ke antariksa mengalami perubahan genetik.
Bukan soal benar salah
Setelah penjurian dilakukan, tim dari SMAK 1 BPK Penabur terpilih menjadi pemenangnya. Mereka mengalahkan 15 finalis dan tim dari 40 SMA secara keseluruhan.
Clara Yono Yatini, peneliti dari LAPAN, mengungkapkan bahwa penilain kualitas peserta tidak dinilai berdasarkan benar tidaknya hasil, tetapi juga metodologi, analisis dan kreativitas.
"Seperti tim dari Penabur yang memberikan ide tentang radiasi sinar kosmik. Walaupun masih grogi dalam menyampaikan, tapi inilah yang mungkin nanti akan membangun khazanah pengetahuan manusia," katanya.
Pandangan dari SMA Labschool juga patut disoroti. Bagaimana pengaruh kondisi mikrogravitasi pada tanaman. Apakah benar mempengaruhi hingga level genetik?
Dr Fenny Martha Dwiwany dari Sekolah Tinggi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkapkan bahwa pengiriman biji ke antariksa adalah hasil kerjasama badan antariksa Jepang JAXA dan negara Asia Tenggara.
Indonesia sendiri difasilitasi LAPAN telah mengirimkan biji tomat ke antariksa. Biji yang dikirimkan kini sedang diteliti secara independen oleh lembaga penelitian maupun dengan melibatkan remaja.
"Tujuan dari proyek ini adalah meningkatkan space awareness," ungkap Fenny saat ditemui dalam final LGSC, Rabu (16/5/2012) di Rumah Jambuluwuk, Ciawi, Jawa Barat.
Riset ini akan menjadi dasar pada perkembangan teknologi dan pewujudan mimpi manusia selanjutnya. Misalnya, apakah mungkin bertani di luar angkasa? Mampukah makhluk hidup bertahan di planet lain?
Selain biji, beragam lembaga juga mencoba mengirim makhluk hidup ke antariksa. Sebelumnya, dikirim jenis cacing Caenorhabditis elegans. Dinyatakan, cacing itu hidup normal di luar angkasa.
Sumber : KOMPAS.com
0 comments:
Post a Comment