TANGERANG - Kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 membawa duka bagi keluarga Sidup Usman dan Ucu Maria. Sejumlah rekan guru, tetangga, dan kerabat keluarga berdatangan ke rumah mereka, di jalan Cirendeu Raya no 51 Ciputat, Tangerang.
Bertempat di rumah bercat kuning plus tenda, mereka menggelar pengajian untuk satu penumpang pesawat Sukhoi Superjet 100, Dewi Mutiara Intan.
Dewi merupakan pramugari anyar di Sky Aviation Indonesia. Ia baru saja menjalani training pramugari selama sebulan di perusahaan penerbangan itu. Sedianya, Senin (14/5/2012) kemarin adalah penerbangan pertama Dewi bersama Sky.
"Dia tidak cerita dapat tugas kantor, dia hanya menelpon istri saya, mama saya mau ikut training. Dia telepon pukul 05.30 WIB, Rabu (9/5/2012) lalu," kata Sidup Usman, ayah Dewi , Selasa (15/5/2012) kemarin.
Usai menerima telepon dari Dewi, Ucu Maria sempat menaruh curiga. Sebabnya, beberapa waktu lalu Dewi pernah mengabarkan telah menuntaskan training di Sky. Apalagi, selama ini Dewi pernah menjadi pramugari di maskapai Lion Air selama empat tahun. Tapi kecurigaan itu lalu dipendam dalam-dalam.
Kecurigaan Ucu baru terjawab saat teman dekat Dewi, yakni Ian menghubungi mereka sekitar pukul 18.30 WIB, saat mereka usai menuntaskan salat magrib berjamaah bersama ketiga anak.
"Dia (Ian) bilang Dewi ikut penerbangan Sukhoi kan, pesawat itu hilang kontak di Gunung Salak, coba bapak lihat televisi sekarang," kata Sidup menirukan perkataan Ian.
Usai menerima kabar itu, Sidup lalu menyalakan televisi. Ia bersama istri, dan ketiga anaknya, yakni Chairil Anwar, Mohammad Novriza Irawan dan Rizky Deva Berliani pun tak mampu menahan emosi. Mereka menangis histeris.
"Saya berusaha menenangkan diri sendiri dan keluarga saya. Saya bilang istighfar," kata Sidup.
Upaya Sidup berhasil. Ia mengajak anggota keluarga untuk kembali salat Isya berjamaah. Setelah itu, Sidup dan keluarga lalu memilih menuju bandara Halim Perdanakusuma. Ia ingin memastikan bila putrinya ikut penerbangan Sukhoi.
Setiba di bandara Halim Perdanakusuma, Sidup kembali syok. Sebabnya, sang putri berada di dalam daftar nama penumpang Sukhoi. Guru bahasa Indonesia pun berbicara sekenanya saat ditanyai sejumlah jurnalis.
"Saat ke Halim saya cuma dapat daftar penumpang, terus saya ditanya banyak media, saya jawab sekenanya dan tidak tertata karena saya juga bingung," tutur Sidup.
Untuk menenangkan diri, Sidup dan keluarga pergi ke lantai II Kantor Sky. Ia mendapatkan keterangan bahwa anaknya mendapatkan tugas mencoba pesawat asal Rusia itu. "Anak saya sepertinya senang karena mencoba pesawat baru dengan pilot profesional yang sudah terkenal," kata Sidup.
Upaya mencari Dewi tak berhenti di bandara Halim Perdanakusuma. Sidup pun sempat menuju Curug Nangka di kawasan gunung Salak. Di sana, Sidup memiliki kerabat. "Jam 22.00 WIB, saya pulang kembali ke rumah. Pakai dua mobil kami ke curug Nangka pukul 24.00 WIB sampai sana jam 02.00 WIB," kata Sidup.
Setiba di curug Nangka, Sidup kembali menelan kecewa. Sebab, keluarga tidak mengetahui perihal jatuhnya pesawat Sukhoi. Ia pun dibawa kerabat ke orang pintar untuk mencari tahu tentang Dewi.
"Dia (orang pintar) itu menunjuk lokasi kecelakaan di sana Gunung Salak, terus bilang anak bapak butuh pertolongan orang, anak saya lagi kehausan," kata Sidup menirukan ucapan orang pintar itu.
Atas penjelasan itu, hingga kini Sidup masih yakin bila Dewi masih hidup. Ia pun berharap ada mukjizat sang pencipta. "Saya yakin anak saya selamat. Saya masih berharap adanya mujizat dari Allah," kata Sidup seraya terus meminta doa agar putrinya selamat.
"Di sekolah, saya dan istri juga menggelar doa bersama. Saya tetap minta doa selamat dari jatuhnya pesawat Sukhoi," ucapnya. "Saya sekarang tinggal menunggu telepon langsung dari pihak kepolisian saja dan yakin anak saya ditemukan dalam kondisi selamat." harapnya.
Sumber : TRIBUNNEWS.COM
0 comments:
Post a Comment