Seperti yang telah kita ketahui bersama, akhirnya manajemen Lady Gaga membatalkan konser di Indonesia karena faktor keamanan yang disebabkan oleh desakan pihak kepolisian dan berbagai organisasi masyarakat Islam garis keras yang menolak konser Lady Gaga — karena dianggap dapat merusak moral bangsa.
Kini setelah polemik berakhir, saatnya kita menilai beberapa dampak yang sudah terjadi dan akan terjadi:
Promotor sulit mendapat kepercayaan dari musisi dan band mancanegara
Pembatalan konser Lady Gaga ini akan membuat para musisi dan band mancanegara berpikir dua kali sebelum mengadakan konser di Indonesia. Pengajuan proposal konser dari para promotor lokal kepada para agen booking (pihak ketiga antara promotor dan managemen artist yang mengakomodasi permintaan kedua belah pihak) kemungkinan akan berjalan alot.
Sejauh ini sudah satu penyanyi populer mancanegara saat ini dipastikan batal untuk konser di Indonesia pasca Gaga. Dan mungkin akan lebih banyak lagi kasus seperti ini ke depannya.
Isu keamanan di Indonesia kembali mencuat di dunia internasional
Berita batalnya konser Lady Gaga sudah menjadi berita internasional dalam waktu singkat. Media-media besar seperti Time, BBC, Wall Street Journal hingga tabloid musik legendaris NME telah memuat beritanya.
Pada beberapa tahun terakhir, isu keamanan di Indonesia yang sempat menjadi kekhawatiran publik internasional perlahan namun pasti akhirnya sirna. Hasilnya banyak musisi dan band yang mau melakukan konser di Indonesia. Di paruh awal 2012 saja tercatat sudah puluhan musisi dan band mancanegara yang sudah tampil. Dan karena pembatalan konser Lady Gaga ini, Indonesia seperti kembali ke nol. Harus membangun lagi kepercayaan internasional.
Semakin kuatnya sikap apatis rakyat Indonesia terhadap pemerintah Indonesia
Pembatalan konser Lady Gaga juga membuktikan lemahnya pihak kepolisian dan juga pemerintah. Suara-suara penolakan dari ormas Islam garis keras seharusnya dapat diantisipasi pemerintah hingga tidak berkepanjangan. Namun pemerintah bersikap auto pilot, memilih diam dan malah tunduk oleh kepentingan golongan tertentu. Jadinya, masyarakat akan cenderung apatis dan tidak percaya lagi akan kinerja pemerintah.
Penulis buku asal Kanada, Irshad Manji, yang belum lama ini terkena insiden pembubaran diskusi buku terbarunya "Allah, Liberty & Love" oleh ormas Islam garis keras di Yogyakarta, berbicara kepada BBC bahwa banyak masyarakat Indonesia yang mengaku kepadanya, merasa tidak dapat melaporkan tindakan intimidasi dan ancaman fisik karena tidak ada yang dapat menangani ancaman tersebut dalam level tertinggi.
SUmber : yahoo.com
0 comments:
Post a Comment