TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hidup sendiri tanpa istri dan kini kesulitan ekonomi serta sakit-sakitan pula. Itulah penggalan kisah hidup yang dialami Drs Suyadi atau akrab disapa Pak Raden.
Pak Raden hidup menumpang di rumah milik kakaknya, di Jalan Petamburan III No 27, Jakarta Barat. Rumah seluas 4X8 meter,beratapkan seng.
Madun (42), satu dari dua pembantu menuturkan kalau Pak Raden kini didera sakit encok di sendi kaki sehingga harus ditopang kursi roda dan tongkat.
Menurut Madun, tak ada harta yang berharga di dalam rumah yang ditempati Suyadi. Menurutnya, harta termahal yang dimiliki bosnya adalah hanya lukisan yang dipajang di ruang tengah. "Itu mahal kalau memang terjual. Tapi, belakangan ini bapak kesulitan menjual. Mahal, karena melukis itu butuh emosi dari si pelukisnya. Nggak semua orang bisa mengendalikan emosi," ujarnya.
Di dalam kamar yang ditempati Suyadi hanya terdapat spring bed (kasur) dan sebuah lemari. "Di ruang tengah cuma ada tape yang pakai kaset model lama, ada televisi, dan telepon rumah. Selebihnya tidak punya apa-apa. Sepeda motor atau kendaraan tidak punya," ujar Madun.
Bermodal uang yang dihasilkan dari menjual lukisan dan mendongeng untuk acara tertentu, Suyadi harus membayar dua orang pembantu. "Jadi ada satu pembantu lagi. Kalau saya dibayar Rp 1,5 juta setiap bulan," ujarnya.
Suyadi juga harus merogoh kocek lebih dalam untuk cek kondisi lutut dan membeli obat. "Untuk perobatan ke RS Pelni, untuk lututnya itu, bisa Rp 1 juta setiap bulan. Pengeluarannya tambah lagi untuk listrik dan telepon rumah," ungkapnya.
Madun mengaku bahwa Suyadi terbilang atasan yang baik dan jarang marah. "Saya pernah dimarahi cuma gara-gara saya bilang 'kan' setiap awal saya ngomong. Jadi, bapak tidak suka kalau saya ngomong kata "kan." Pak Raden juga tidak suka jika sedang melukis di ruangan bagian depan didatangi tamu.
"Yah, pokoknya jangan diganggu kalau tidak diminta datang. Dia kan seniman butuh waktu untuk karyanya," ujarnya.
Pantauan Tribun, rumah yang ditinggali Suyadi terdiri dari tiga kamar dan satu kamar mandi. Satu kamar ditempati Suyadi, satu kamar khusus tempat melukis, dan satu kamar pembantu.
Sejumlah lukisan jadi dan setengah jadi terpajang di ruang tengah dan kamar melukisnya. Bercakan cat juga tampak di beberapa lantai. Kebanyakan karya lukisan Suyadi bertema anak-anak dan dunia wayang orang dan kulit bergaya figuratif-naratif.
Sementara di bagian dapur, beberapa perkakas memasak yang menghitam tampak menempel di dinding. "Kalau bapak mandi, saya yang menyiapkan air panas. Alhamdulilllah, Bapak masih bisa mandi sendiri. Saya cuma bantu memapah kalau bapak berjalan dari depan ke belakang atau sebaliknya," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment