TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak bisa memendam rasa kecewa kepada partai koalisi pendukung pemerintah. Terutama setelah manuver politik yang dilakukan beberapa partaI koalisi sebelum dan saat paripurna pengesahan APBN Perubahan 2012 digelar DPR. Dalam rapat paripurna pada 30 Maret 2012 itu, masuknya pasal yang memberi ruang pemerintah menyesuaikan harga baham bakar minyak tidak berjalan mulus.
Kekecewaan SBY ini dicurahkan dalam rapat dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat. Rapat ini berlangsung persis dua hari setelah paripurna, Ahad, 1 April 2012. Dalam rapat itu, untuk pertama kalinya SBY hadir memimpin rapat di gedung baru DPP Demokrat di Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat.
Tanpa sungkan, kepada jajaran pengurus DPP yang hadir, SBY membocorkan perasaannya menghadapi polah partai koalisi yang selalu berubah setiap waktu. Dalam curhat yang terekam selama 41 menit 49 detik yang dimiliki Tempo, SBY berkali-kali menyampaikan rasa kecewa, baik pada partai yang ada dalam koalisi maupun di luar koalisi.
Menurut SBY, sikap mendua beberapa partai dalam menyikapi penyesuaian APBNP 2012 sudah ia rasakan sejak rapat sekreatriat gabungan di kediamannya, Puri Cikeas, Bogor, 14 Maret 2012. Dalam rapat yang dihadiri ketua umum partai koalisi itu, SBY belum melihat kesepahaman seluruh partai untuk mendukung keputusan pemerintah menyesuaikan postur APBN. “Setelah berbicara kurang lebih dua setengah jam diakhiri dengan konferensi pers semuanya seolah-olah kompak, bersatu, sama posisi.” Padahal menurut dia beberapa partai masih punya kepentingan sendiri.
Sinyak ketidakkompakan itu sudah dibaca Yudhoyono sebelum konferensi pers dimulai. “Oleh karena itu pada saat konferensi pers saya tidak terlalu cepat mengatakan bahwa koalisi sudah kompak.” Berdasarkan pengalaman, dia mengaku menyadari keputusan partai bisa saja berubah sewaktu-waktu.
SBY menyatakan, keraguannya akan sikap partai koalisi itu akhirnya terbukti. Beberapa hari setelah pertemuan, saat komunikasi intens antar partai koalisi ditingkatkan suara-suara berbeda mulai nyata. “Di situ sudah berubah-ubah, saya telepon lagi beberapa di antara partai koalisi, oke lagi. Setelah dua tiga hari berubah lagi,” ujar SBY.
Dia mengaku tidak bisa menerima sikap mendua beberapa partai yang secara terang-terangan disampaikan padanya. Salah satu petinggi partai koalisi yang sempat berbeda sikap mengenai rencana pemerintah mencabut pasal 7 aayat 6 UU APBN 2012 meminta pengertian SBY. Si petinggi mengirimkan pesan dan mengatakan sikap berbeda itu hanya politik saja karena pada akhirnya akan menyetujui usulan pemerintah. “Omong kosong, menipu,” ujar dia menanggapi pesan itu.
Di tengah alotnya pembahasan di DPR, juga ada partai koalisi yang menawarkan jalankan tengah. “Mari kita konsolidasikan begini, begitu,” ujar dia menirukan saran partai itu. Namun lagi-lagi SBY mengaku kecewa karena konsolidasi yang ditawarkan tidak pernah terwujud. “Kalau partai kita (Demokrat) iya ya iya. Jangan sering berbohong, tidak akan jadi nanti apa yang kita perjuangkan.”
Menurut Yudhoyono, dalam menjalankan lobi-lobi menyikapi perubahan APBN 2012 dia akan menghargai sikap tegas dari partai koalisi. “Kalau mengatakan kami belum bisa, belum setuju, karena belum cocok dengan platform partai kami, lebih hormat saya, daripada iya-iya terus tapi sampai saatnya voting pun berubah total dari janji-janji sebelumnya.”
Dalam menghadapi paripurna perubahan APBN 2012, pemerintah menginginkan seluruh partai koalisi menghapus pasal yang menghambat ruang pemerintah menyesuaikan harga BBM. Keinginan itu akhirnya terpenuhi dengan masuknya pasal 7 ayat 6a yang mempersilakan pemerintah menyesuaikan postur APBN jika harga minyak mentah lima belas persen berbeda dari ICP yang sudah ditetapkan. Namun kesepakatan ini tidak diperoleh pemerintah dengan mudah. Sampai akhirnya divoting Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan partai koalisi tak ikut menyetujui.
0 comments:
Post a Comment