JAKARTA - Slank tidak akan pernah mati, bahkan sebelum mati yang sebenarnya menghampiri mereka. Demikianlah Slank, yang telah melahirkan 19 album, dan sepanjang 28 tahun tetap eksis dalam industri rekaman maupun panggung di Indonesia. Menggelar konser bertajuk "Slank Orchestra Concert; I Slank U, The Journey of the Blue Island", ratusan penonton "mapan" yang mendatangi Ritz Carlton, Pacific Place, Jumat (11/5) malam, mulai pukul 21.00 seperti diajak membuka kenangan mereka atas sejumlah single hits Slank.
Tidak seperti galibnya konser Slank yang digelar di tempat terbuka seperti lapangan sepak bola dan sejenisnya, kali ini, di tempat di mana I'l Divo, David Foster hingga yang terkini YES mempertunjukkan kebisaannya, Slank pun diberi kesempatan oleh promotor MamLive! Untuk menghadirkan kebesarannya. MamLive! Yang mempunyai niat, "menghadirkan konser musik lokal dengan perlakuan internasional," menempatkan Slank pada aras sepatutnya.
Buktinya, konser yang melibatkan tiga music director, dan sebuah kelompok orchestra itu mengalir dengan akbar, hidup, sekaligus berhasil melibatkan penontonnya sebagai bagian dari pertunjukan dengan tetap menempatkan kelas yang berbeda.
Lihatlah, tepat pukul 21.00, ketika grup band Naif menjadi pembuka konser dengan single "Memang", penonton sudah dituntun ke mana konser melaju. "Slank memang nomor satu, (tapi) Naif nomor dua," kata vokalis Naif, David bercanda tentu saja. Bahkan ketika dia lupa beberapa syair lagu itu, David berujar ringan, "Maaf gak apal (liriknya), maklum lagu orang," sebelum melanjutkan dengan lagu,"I Miss U But I Hate U". Dua lagu itu saja dibawakan dalam musik khas Naif, yang enteng, renyah sekaligus menyenangkan.
Naif purna, giliran Dira, dengan musik bosasnya membawakan, "Fotoku di Dalam Dompetmu", diteruskan Shasi dengan "Nomor 1", Alexa dengan, "Jakarta Pagi Ini", "Terlalu Manis", dan "Mawar Merah". Kemudian Tika yang membawakan,"Kirim Aku Bunga", Pure Saturday dengan, "Kalah", dan "Kupu Liar".
Setelah 10 lagu dibawakan secara bergilir sejumlah bintang tamu, giliran Slank masuk ke atas panggung dengan iringan choir "Pulau Biru", disambung,"Bang Bang Tut". Selanjutnya sebelum single "Bang Bang Tut", dibawakan secara medley dengan lagu,"Tong Kosong", penonton yang sudah bersabar selama satu jam lebih, langsung seperti dibangunkan kesadarannya.
Selanjutnya, single "Virus", diteruskan medley, "Mars Slankers", "Lo Harus Grak", "Jurus Tandur", "Garuda Pancasila", dan "Pak Tani", mengalir seperti kereta diesel yang berderak-derak. Sebab, hampir semua penontonnya dengan dandanan terbaiknya, terutama di kelas festival selalu turut menyanyi, berjingkrak, dan berteriak-teriak layaknya karaoke massal saja. Sedangkan penonton VIP, di antaranya salah satu pasangan kandidat DKI 1 dan tamu "penting" lainnya, tetap sibuk menjaga citra mereka dengan canggung di tengah kemeriahan khas Slank.
Ketika giliran Bimbim membawakan lagu "Bidadari Penyelamat", sambutan semakin menjadi. Demikian halnya ketika nomor "Lorong Hitam", yang dia bawakan bareng Kaka dialirkan. Sejurus kemudian, tanpa ba bi bu, nomor, "Anyer 10 Maret", "Piss", "Ketinggalan Jaman", "Kilav", dan "Gara-gara Kamu", menyusul di belakangnya.
Berikutnya, secara berurut nomor "Lembah Baliem," "Maafkan", "Kutak bisa", "Orkes Sakit Hati", "Pandangan Pertama", "Kupu Biru", yang dibawakan bersama Yuyun, Poppy Sovia, sebelum dilanjutkan single "Kamu Harus Pulang" dan dipamungkasi encore lagu, "Jakarta Pagi Ini", dan "Terbunuh Sepi".
Pendek kata, Slank adalah mutiara, yang semakin lama, semakin mengkilap saja. Lihatlah kemuliaan mereka di tengah sikap slenge'an-nya yang tetap lestari terjaga. Sebagian penjualan tiket konser orkestra malam itu, disumbangkan kepada Yayasan Syair Untuk Sahabat, untuk pengidap HIV, Aids. Jadi, siapa sanggup mematikan kebesaran Slank?
Sumber : suaramerdeka.com
0 comments:
Post a Comment