JAKARTA - Semangat untuk merefleksikan kecintaan kepada Indonesia, menghargai pluralisme dan keberagaman dalam proses berbangsa dan bernegara, menjadikan lakon "Apel, I'm In Love", yang merupakan pertunjukan pertama Indonesia Kita di 2012 ini, pada Sabtu-Minggu, (26 - 27/5) di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, menjadi sesuatu yang berbeda.
Jogja Broadway Theater yang mengemas pertunjukan itu dalam gaya theatre of broadway, pepak dengan iringan musik, tarian, dan tata artistik, membuat panggung menjadi lebih imajinatif. Disutradarai Gunawan Maryanto, pertunjukan ini membawa isu sosial dan kisah cinta dengan cara yang jenaka, ringan, dan sederhana.
"Jogja Broadway Theatre", merupakan prakarsa sekelompok pekerja teater di Yogyakarta, yang menyadari bahwa teater bisa menjadi alat edukasi sekaligus hiburan yang merangsang imajinasi. Dalam lakon ini, mereka mengolah perkakas sehari-hari seperti ember, panci, sapu, gantunganbaju, piring dan lain-lain menjadi sesuatu yang puitis, artistik dan hidup.
Lakon ini juga mengolah dunia dongeng, sehingga menghidupkan -terutama pada malam hari- benda-benda keseharian. Dengan memadukannya dengan realitas aktual sosial yang terjadi tentang orang-orang yang jatuh cinta pada Putri Apel. Lengkaplah realitas kehidupan sosial dalam pertunjukan ini dibawa ke dalam kisah dongeng yang menghibur.
Melibatkan Olga Lidya sebagai bintang tamu, lakon ini melibatkan para komedian Yogyakarta, seperti Gareng Rakasiwi, Joned, Wisben dan Yu Ningsih. Sebagaimana dikatakan Djaduk Ferianto, selaku salah satu tim kreatif program Indonesia Kita, "Program ini berkeinginan merawat semangat 'menjadi Indonesia' yang menghargai jalan kebudayaan, toleran, dan menghargai pluralisme," katanya.
Di atas panggung "Apel, I'm In Love", yang merupakan bagian dari Indonesia Kita -program pementasan yang didukung Djarum Apresiasi Budaya-, mengolah gagasan dan semangat terus berproses "menjadi Indonesia" dengan baik, juga lucu.
Sebagaimana pentas -pentas yang pernah digagas Indonesia Kita-, tetap berusaha terus merefleksikan semangat untuk mencintai Indonesia, yakni proses menjadi bangsa yang semakin menghargai jalan kebudayaan, dengan semakin menempatkan nilai-nilai yang toleran, menghargai pluralisme dan keberagaman sebagai sesuatu yang inheren dalam proses berbangsa dan bernegara.
Tidak berlebihan bila Butet Kertaradjasa, salah satu tim kreatif program Indonesia Kita lainnya mengatakan, "Ketika berbagai jalan yang ditempuh gagal, seperti jalan politik yang korup menimbulkan apatisme rakyat, penegakan hukum yang jauh dari rasa keadilan, maka membuat rakyat kehilangan kepercayaan pada ketertiban, dan berbagai hal lainnya," katanya. Turunannya, imbuh dia, membuat persoalan bangsa ini seperti tak menemukan jalan keluar. Oleh karena itu, Indonesia Kita percaya pada "jalan kebudayaan dan kesenian" sebagai sebual alternatif, atau cara yang paling estetis, untuk mencoba memahami proses menjadi bangsa.
Melalui pementasan itu, diimbuhkan Agus Noor, tim kreatif Indonesia Kita lainnya, sekaligus mengajak untuk menjadi bagian yang terus mencintai dan merawat Indonesia sebagai rumah bersama yang penuh toleransi. "Jangan pernah kapok menjadi Indonesia," katanya.
Setelah lakon "Apel I'm In Love", akan menyusul pertunjukan lainnya, yaitu "Kabayan Jadi Presiden" (13-15 Juli), "Maling Kondang" (7-9 September), serta "Nyonya Nyonya Istana" (16-18 Nopember).
Sumber : suaramerdeka.com
0 comments:
Post a Comment